Rabu, 07 Agustus 2013

HARAPAN PADA TEBU

Sekitar tahun 1930 di masa kejayaan tebu, luas lahan tebu Indonesia cuma sekitar 200rb hektar. Tak melihat jumlah penduduk saat itu, kita berhasil panen 3 juta ton gula. Sebuah hasil yang dahsyat apalagi jika dibandingkan dengan kondisi sekarang. Dengan luas lahan tebu yang mencapai 450rb hektar, hari ini kita memanen 2,7 juta ton gula.

Tak tahu siapa yang salah dan bermasalah. Apalagi dengan jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak, harapan swasembada gula jangan-jangan adalah sebuah harapan palsu. Karena jika dulu kita adalah eksportir gula terbesar nomor 2 di dunia, sekarang kita adalah importir gula nomor 2 juga di dunia. Lengah sedikit kita akan jadi jawara.

Adakah para insinyur dahulu lebih berkualitas daripada jaman sekarang? Ya, jawabnya. Jaman dahulu pertebuan diurus langsung oleh insunyur-insinyur Belanda, yang kemampuannya mungkin setara dengan guru besar di Indonesia. Tapi mengurus tebu dan gula apa perlu insinyur sehebat itu?

Adakah jaman dahulu tanah-tanah pertanian Indonesia lebih baik daripada sekarang. Ya, jawabnya. Jaman dahulu tanah masih gembur juga subur. Ibaratnya tongkat dan batupun jadi tanaman.Tapi apakah kita kehilangan kegemburan dan kesuburan tanah secepat itu dalam waktu kurang dari 100 tahun. Sedangkan umur tanah kita jauh lebih lama daripada itu. Cara mengembalikan kesuburan dan kegemburan tanah juga sudah dimengerti dengan baik. Tanah kita dulu pada dasarnya sama dengan sekarang.

Apakah dahulu bibitnya lebih baik dari sekarang? Ya, mungkin jawabnya. Bisa saja bibit-bibit yang baik telah punah, lalu ditanamlah bibit-bibit baru yang bergenetik lemah. Tebu tak bisa berproduksi maksimal dan memberikan hasil seperti bibit jaman dahulu. Mungkin saja itu sebabnya tak ada lagi pencurian tebu di lahan atau truk oleh anak-anak. Sebab tebu sekarang tak enak dimakan. Tapi bila itu sebabnya lembaga penelitian bibit baiknya bilang terus terang bahwa tebu yang sekarang tak beda dengan rumput tak bergula.

Jadi apa bedanya? Visi dan profesionalitas, menjauhkan diri dari sikap oportunis dan mau mencari keuntungan secara instan, melupakan keuntungan jangka panjang.