Selasa, 23 Juli 2013

POTENSI BERAS

Bagi orang Indonesia, beras, dalam hal ini adalah nasi, adalah makanan pokok utama. Mungkin karena memang beras/ nasi ini dulunya adalah makanan keraton, sehingga kita sangat tergantung pada beras/ nasi. Tidak makan nasi belum merasa kenyang, padahal perut sudah penuh dengan aneka makanan lain.

Luas lahan padi kita yang sekitar 11 atau 12 juta hektar, sebenarnya mampu membawa perubahan besar bagi negara kita. Kita akan bisa makmur dalam waktu yang singkat, sesingkat keberhasilan kita menangani lahan padi. Dan potensi ini sama sekali belum dijadikan sebuah strategi.

Sekarang ini kita sudah bisa dikatakan swasembada beras, tidak membeli beras dari negara lain, atau dianggap seperti itu. Ini merupakan prestasi awal yang baik. Target selanjutnya hendaknya mengekspor beras.

Langkah awal untuk menjadi eksportir beras tentunya menggenjot jumlah produksi. Ini masih sangat masuk akal, mengingat saat swasembada sekarang ini, produktivitas padi nasional ada diangka 4,9 ton per ha, anggaplah sudah 5 ton per ha.

Apabila kita bisa menaikkan menjadi 6 ton per ha saja, maka akan tersedia beras berlebih sebanyak  1 ton kali 11 koma sekian juta ha, sama dengan 11 juta ton lebih. Dengan harga beras Rp. 4.500,- per kg, maka akan diperoleh uang sebanyak  kira-kira 50 triliun per musim tanam, bisa dianggap 150 triliun per tahun.

Uang 150 triliun per tahun itu akan sangat berguna. Kalau dibelikan sapi yang harga 8 juta, akan mendapatkan 18 juta ekor, sedangkan jumlah sapi di negara kita sekarang ini kira-kira 10 juta ekor. Kontribusi deviden semua BUMN di Indonesia  saja kurang dari 40 triliun per tahun. Lebih mudah mana, meningkatkan kontribusi semua BUMN 3 x lipat atau meningkatkan produktivitas padi 1 ton?

Angka-angka ini adalah sederhana dan bisa dipertanggungjawabkan. Memang banyak yang bilang bahwa mengekspor beras tidak mudah, tapi bukankah mengimpor beras juga tidak mudah?

Bagaimana caranya agar produktivitas padi nasional bisa meningkat. Ubah pola pikir petani, sosialisasikan lewat gerakan nasional di bidang padi.  Bagaimana mengubah pola pikir petani secara nasional? Ya, sederhana, pemimpin di bidang pertanian harus berbicara, berpidato di depan petani, di depan televisi tentunya, dan gerakan semacamnya.

Kalau Bung Karno bisa memanfaatkan media radio saat itu, Bung Tomo juga bisa membawa perubahan lewat media (radio) juga saat itu, mengapa pemimpin dunia pertanian tidak bisa. Ataukah sekarang dikira petani tidak sedang berjuang, tidak sedang berperang di lahan?

Apa yang harus dilakukan petani agar produktivitas naik? Cuma mengubah jarak tanam. Mengubah jarak tanam, akan memberikan kenaikan produktivitas yang signifikan sampai 8 - 10 ton per ha, belum lagi bila pemupukan juga benar, akan memberikan kenaikan jauh di atas itu.

Dan negara kita akan menjadi negara agraris yang sesungguhnya.