Selasa, 23 Juli 2013

BERBISNIS AGRO TIDAK BERGENGSI?

Gengsi adalah salah satu hal yang dikejar oleh masyarakat kita. Demi gengsi, orang rela membelanjakan banyak uang untuk produk-produk bermerk terkenal. Beli mobil juga karena gengsinya, selain karena kegunaannya.

Hal itu juga yang menjadi pola pikir mahasiswa kita. Mereka belajar tekun untuk bisa masuk dan bekerja di perusahaan-perusahaan terkenal, karena selain gajinya besar, gengsinya juga besar. Sedikit sekali mahasiswa yang ingin mendirikan usaha sendiri selepas kuliah, salah satunya karena gengsi. Menjadi wirausaha saja gengsi, apalagi menjadi wirausaha di bidang pertanian. Sangat sangat tidak mau.

Bagi mahasiswa dan umumnya orang Indonesia, bergelut di pertanian sangat tidak bergengsi. Mahasiswa yang kuliah di pertanian, kalah pamor jika dibanding dengan yang kuliah di fakultas lain. Sudah bapaknya petani, anaknya kuliah di pertanian lagi. Bapaknya sendiri mungkin juga berpikir sama. Alhasil, banyak mahasiswa pertanian yang berpesan : mas, doakan saya diterima jadi pegawai bank, ya…

Hal ini juga yang membuat kampus dan fakultas berbasis pertanian sepi peminat. Kuliah di kedokteran jadi dokter, hukum jadi pengacara, teknik jadi insinyur,  fisipol jadi politikus, pertanian jadi apa? Ya jadi petani. Yang nggak sekolah saja tuh, yang jadi petani. Masak kita bisa nembus kampus bagus disamakan dengan yang tidak sekolah? Kira-kira itu logika mereka.

Padahal sebenarnya, apa sih yang membuat orang seseorang menjadi bergengsi tinggi? Bukankah hasilnya? Bukankah mobilnya? Pertanyaannya, berkecimpung di dunia pertanian apakah bisa beli mobil? Mobil yang bergengsi?

Berbisnis agro secara profesional, memberikan hasil yang sangat besar, bahkan untuk komoditas agro yang paling sedikit keuntungannya, misalnya padi. Berapa sebenarnya keuntungan dari menanam padi? Biaya menanam padi per hektar rata-rata 7-8 juta, kita boroskan menjadi 10 juta saja,  sayangnya hasilnya rata-rata 6-7 ton. Bahkan rata-rata nasional adalah 4,9 ton. Kalau kita mau menanam padi dengan benar, pasti minimal kita peroleh 8 ton, syukur bisa 10 ton bahkan lebih. Misal kita bisa panen 10 ton, dengan harga gabah 2.200, kita akan mendapatkan hasil panen 22juta, dan bersisa 12 juta bila dikurangi modalnya. Berarti perbulan kita sudah untung 12 dibagi 4 bulan, 3 juta.

Kalau kita bisa menanam 1 hektar, mengapa kita tidak bisa menanam lebih banyak lagi? Kalau anda merasa tidak bisa menanam lebih banyak lagi karena modal dan sebagainya, berarti misalnya anda bekerja, anda juga tidak bisa naik jabatan lagi. Perusahaan tempat anda bekerja, juga harus mendapatkan modal untuk mulai juga untuk mengembangkan skala usahanya.

Jadi? Anda tidak membutuhkan waktu yang lebih lama daripada teman-teman anda yang bekerja di sektor yang bergengsi itu, untuk membeli mobil.