Hal
itu juga
yang menjadi pola pikir mahasiswa kita. Mereka belajar tekun untuk bisa
masuk
dan bekerja di perusahaan-perusahaan terkenal, karena selain gajinya
besar,
gengsinya juga besar. Sedikit sekali mahasiswa yang ingin mendirikan
usaha
sendiri selepas kuliah, salah satunya karena gengsi. Menjadi wirausaha
saja
gengsi, apalagi menjadi wirausaha di bidang pertanian. Sangat sangat
tidak mau.
Bagi mahasiswa
dan umumnya orang Indonesia,
bergelut di pertanian sangat tidak bergengsi. Mahasiswa yang kuliah di
pertanian,
kalah pamor jika dibanding dengan yang kuliah di fakultas lain. Sudah
bapaknya
petani, anaknya kuliah di pertanian lagi. Bapaknya sendiri mungkin juga
berpikir sama. Alhasil, banyak mahasiswa pertanian yang berpesan : mas,
doakan
saya diterima jadi pegawai bank, ya…
Hal
ini juga yang
membuat kampus dan fakultas berbasis pertanian sepi peminat. Kuliah di
kedokteran
jadi dokter, hukum jadi pengacara, teknik jadi insinyur, fisipol jadi
politikus, pertanian jadi apa?
Ya jadi petani. Yang nggak sekolah saja tuh, yang jadi petani. Masak
kita bisa nembus
kampus bagus disamakan dengan yang tidak sekolah? Kira-kira itu logika
mereka.
Padahal
sebenarnya, apa sih yang membuat orang seseorang menjadi bergengsi
tinggi?
Bukankah hasilnya? Bukankah mobilnya? Pertanyaannya, berkecimpung di
dunia
pertanian apakah bisa beli mobil? Mobil yang bergengsi?
Berbisnis
agro
secara profesional, memberikan hasil yang sangat besar, bahkan untuk
komoditas
agro yang paling sedikit keuntungannya, misalnya padi. Berapa sebenarnya
keuntungan
dari menanam padi? Biaya menanam padi per hektar rata-rata 7-8 juta,
kita
boroskan menjadi 10 juta saja, sayangnya
hasilnya rata-rata 6-7 ton. Bahkan rata-rata nasional adalah 4,9 ton.
Kalau
kita mau menanam padi dengan benar, pasti minimal kita peroleh 8 ton,
syukur
bisa 10 ton bahkan lebih. Misal kita bisa panen 10 ton, dengan harga
gabah
2.200, kita akan mendapatkan hasil panen 22juta, dan bersisa 12 juta
bila
dikurangi modalnya. Berarti perbulan kita sudah untung 12 dibagi 4
bulan, 3
juta.
Kalau kita bisa
menanam 1 hektar, mengapa kita tidak bisa menanam lebih banyak lagi?
Kalau anda
merasa tidak bisa menanam lebih banyak lagi karena modal dan sebagainya,
berarti
misalnya anda bekerja, anda juga tidak bisa naik jabatan lagi.
Perusahaan
tempat anda bekerja, juga harus mendapatkan modal untuk mulai juga untuk
mengembangkan skala usahanya.